Aku terserang Varicella alias
cacar saat aku duduk di tingkat 2 perkuliahan. Awalnya aku merasakan ada
bruntus kemerahan yang berubah berisi cairan di wajah dan perut. Pada saat itu
aku mengira kalau itu hanyalah jerawat biasa karena aku sebentar lagi menstruasi.
Aku sama sekali tidak menganggap hal itu serius dan tetap mengikuti kegiatan
seperti biasa. Kebetulan saat itu aku sedang sangat sibuk karena fakultasku
sedang mengadakan dies natalis dan aku sedang kedatangan tamu dari Bali.
Aku masih ingat saat itu hari
Sabtu dan aku sedang menjadi panitia suatu lomba semacam Running Man di Jatinangor. Aku merasa sangat lemas dan badanku agak
hangat. Aku paksakan diri untuk tetap datang dan menjadi panitia. Aku sempat ke
klinik Padjadjaran sebelum memulai kegiatan dan aku dikatakan terkena infeksi
virus saja. Saat itu aku diberikan vitamin, parasetamol, dan antibiotik. Merasa
baikan dengan sekali minum obat, aku paksakan mengikuti kegiatan sampai malam
hari karena kebetulan acaranya sedang kekurangan panitia.
Esok harinya, aku menemani
temanku yang baru datang dari Bali untuk berkeliling kota Bandung. Saat itu tenggorokanku agak
kurang enak sehingga aku harus menggunakan masker sepanjang hari. Saat aku
pulang ke rumah aku dikejutkan oleh bruntus merah yang semakin banyak dan sudah
ada hampir di seluruh tubuhku termasuk muka. Tenggorokan pun semakin tidak
enak. Aku mulai menduga kalau aku terkena cacar dan berencana pergi ke klinik
Wirasakti Kesdam AD hari Senin dan mengambil libur untuk kegiatan perkuliahan.
Di klinik Wirasakti aku dikatakan
terkena varicella atau cacar air. Aku diberikan obat cacar (lupa acyclovir atau
falacyclovir), parasetamol, vitamin, dan bedak salisilat. Tiga hari berjalan
aku merasa tidak ada perubahan dan semakin lemas serta tenggorokanku semakin
sakit sampai-sampai aku tidak dapat minum air saking sakitnya. Aku kembali ke
klinik dan menceritakan semua keluhanku pada dokter jaga di situ. Dokter pun
akhirnya menambahkan dexamethasone untuk aku minum selama 4 hari. Syukur
alhamdulillah, baru 2 hari meminum obat itu tenggorokanku baikan dan aku dapat
meminum air putih. Sekitar satu minggu beruntus di badan dan wajahku sudah
hilang tinggal bekasnya saja yang cukup menyebalkan belum hilang. Untuk bekas
di badan ya aku sih sesungguhnya agak bodo amat karena toh akan tertutup
pakaian juga nantinya. Masalahnya adalah bekas cacar di wajah yang luar biasa
banyak dan membuatku seperti macan tutul. Sedih rasanya harus kemana-mana
dengan menggunakan masker. Jujur saja kala itu kepercayaan diriku sangat turun.
Dengan tekad mengembalikan
kepercayaan diriku, akhirnya aku memberanikan diri untuk bertemu dokter
spesialis kulut kelamin di klinik Anggrek RSHS karena temanku yang terkena
varicella saat tingkat satu kini kulitnya kembali mulus setelah berobat ke
spesialis. Aku memilih dokter yang sama seperti temanku ini, yakni dr. Yunita
Damopolii, SpKK, yang ternyata adalah dosenku sendiri hehe. Aku menceritakan
semua keluh kesahku pada dr. Yunita yang super cantik itu. Tanpa rasa jijik dia
memeriksa wajahku dengan sangat tarapti. Setelah sesi curhat dan pemeriksaan
aku disuruh untuk menebus resep di klinik Lily (masih di RSHS juga. Ini adalah
klinik kecantikan juga sih tapi ada di pavilliun Parahyangan). Aku disuruh
menebus kapsul vitamin kulit (lupa namanya apa), cream AHA 8, sunblock
foundation, dan refakuin. Untuk biaya konsultasinya aku menghabiskan uang Rp. 120.000
kalau tidak salah, namun karena aku adalah mahasiswanya dr. Yunita maka aku
dibebaskan dari biaya tersebut hehehehe. Bahkan beliau bilang kalau nanti
kontrol aku langsung saja datang ke ruangannya tanpa harus daftar. Untuk
obatnya aku menghabisan sekitar Rp.300.000. Detail harga obatnya aku kurang
ingat. Kalau tidak salah AHA 8 harganya Rp70.000,00. Harga sunblock foundation
Rp30.000,00. Harga Refakuin sekitar Rp80.000, dan harga harga kapsul vitamin kulitnya yang cukup
mahal. Tapi itu harga kita-kira saja sih. Aku benar-benar lupa harga aslinya
berapa soalnya sudah lama sekali.
Cara penggunaannya adalah sebagai
berikut:
Pagi:
- Sabun cuci muka wardah (yap, dr. Yunita menganjurkan aku menggunakan sabun mukaku yang ada karena menurutnya sabun muka wardah cukup aman untuk keadaan mukaku)
- Sunblock foundation (boleh diulang kalau sudah selesai wudhu) seluruh wajah
Malam:
- Sabun cuci muka wardah
- AHA 8 dioles tipis-tipis seluruh wajah
- Refakuin di noda-noda bekas cacar
- Vitamin kulit
![]() |
dr. Yunita, SpKK (sumber gambar dari website Erha Clinic) |
Sekitar satu bulan aku menggunakan krim dari dr. Yunita. Alhamdulilah sudah ada perubahan. Krim yang pakai sudah semakin menipis. Aku kembali kontrol ke dr.Yunita. dr. Yunita melihat perkembangan mukaku yang cukup bagus dan akhirnya merubah resepnya dengan mengganti AHA8 menjadi AHA10. Untuk kapsul vitamin kulit dihentikan. Untuk sunblock dan refakuin terus dilanjutkan. Dr. Yunita juga menyarankan aku untuk melakukan peeling minimal 4 kali supaya nodanya lebih cepat hilang serta supaya regenerasi kulitku cepat. Tiga hari sebelum peeling aku disarankan untuk stop semua krim. Akhirnya aku membuat janji peeling satu minggu kemudian di ruang amarilis RSHS.
Satu minggu kemudian aku datang
ke ruang amarilis (departemen kulit dan kelamin RSHS) untuk melakukan peeling. Peeling ini langsung dilakukan oleh dr.
Yunita didampingi satu perawat amarilis. Karena aku baru pertama kali melakukan
peeling akhirnya dr. Yunita
memutuskan supaya aku hanya mendapatkan setengah dosis saja supaya tidak kaget.
Setengah dosis saja aku sudah merasa tersiksa. Hiks. Peeling itu rasanya
cekit-cekit gitu ternyata. Jadi aku dibersihkan dulu mukanya menggunakan sabun
(aku ngintip, merk sabun yang digunakan adalah theraskin), lalu aku tidur
sambil memegang kipas angin yang diarahkan ke wajahku, mataku ditutup, dan dr.
Yunita mengoleskan cairan yang cekit-cekit itu di wajahku sekitar 5 kali kalau
tidak salah. Setelah itu teteh perawat mendinginkan wajahku dengan kapas dingin
di seluruh wajah sampai aku tidak merasa cekit-cekitan lagi. Aku diberi resep shooting cream (yang dibeli di klinik
lily) dan disuruh untuk menghentikan dulu cream yang dr. Yunita beri sebelumnya
sampai wajahku berhenti mengelupas (yap, peeling akan membuat wajah kita
mengelupas sekitar satu minggu). Oia harga peelingnya sebenarnya Rp200.000.
Tapi karena aku adalah mahasiswanya dr. Yunita, maka lagi-lagi aku dikasih
diskon.
Dalam satu minggu pasca peeling
aku merasa wajahku semakin kusam dan lama kelamaan seperti gosong. Kemudian
wajahku mulai mengelupas dan muncul kulit baru yang terlihat lebih sehat dan
cerah. Proses peeling ini seperti proses ganti kulit bagiku ahahahaa.. Setelah 4 kali menjalani peeling aku merasa
wajahku mulai membaik. Noda bekas cacar kini mulai jelas tersamarkan, tapi
masih ada sih dikit dikit meski gak separah dulu. Dr. Yunita menambahkan
Vitacid sebagai tambahan krim malam yang aku pakai slang seling dengan krim
AHA10. Jadi sehari pakai vitacid sehari kemudian pakai AHA10.
Saat aku mau kontrol selanjutnya,
dr. Yunita ternyata sedang pergi ke Korea dan entah kapan kembali. Saat itu aku
juga sedang sibuk dengan dunia perkuliahan di Jatinangor sehingga jarang sekali
pulang ke Bandung. Saat aku tahu kalau dr. Yunita kembali dari Korea, ternyata
dr. Yunita pun sudah tidak ada di Bandung. Ternyata dia pindah ke Jakarta dan
kini praktek di Erha. Sedih rasanya. Mau ganti dokter tapi udah kepalang nyaman
sama dr. Yunita. Akan tetapi, karena aku sudah merasa wajahku kembali ke
kondisi normal (meski belum bersih sempurna) akhirnya aku berhenti ke dokter
kulit dan memilih untuk memakai produk lokal yang lebih murah.
0 comments