Satu Hari di Medan Merdeka Jakarta

by - April 20, 2019


Aku jarang sekali pergi ke Jakarta. Kalaupun ke Jakarta pastilah tempat yang dikunjungi adalah  Dufan. Kali ini aku dan Fika berkunjung ke tempat wisata di medan merdeka. Sekitaran Monas saja.. Tadinya aku ingin menambahkan Kota Tua juga pada itenerary tapi sayangnya waktu tidak memungkinkan. Di kunjungan kali ini aku dan Fika megunjungi Museum Nasional, Perpustakaan Nasional, dan Galeri Nasional.

Waktu itu jam menunjukan pukul 08.15 pagi. Aku dan Fika sampai di stasin Gambir disambut oleh langit Jakara yang kurang bersahabat karena hujan. Kami sarapan terlebih dahulu di stasiun Gambir sembari  menunggu hujan reda. Sayangnya hujan malah turun semakin deras. Jam menunjukkan angka 09.30 dan kami tidak mau menyia-nyiakan waktu kami selama di Jakarta hanya karena hujan. Akhirnya kami berani menerjang hujan (pake Grabcar wkwk) menuju ke Museum Nasional. Museum Nasional Indonesia terletak di Jalan Medan Merdeka Barat nomor 12 Jakarta Pusat. Tempat ini buka setiap hari kecuali hari Senin dan hari libur nasional dari pukul 08.30 hingga pukul 16.00. Tiket masuknya cukup murah menurutku, karena maksimal kita hanya merogoh uang sebesar Rp10.000,00 saja (harga turis). Aku sendiri hanya mengeluarkan uang sebesar Rp5.000,00 saja. Setelah membeli tiket, aku dan Fika diharuskan menitipkan tas karena tas kami adalah tas gandong. Kalau kalian mau ke Museum ini, aku sarankan sih pakai tas selempang aja supaya ga usah ribet dititipin.

Kala itu museum cukup ramai oleh rombongan keluarga yang sungguh riweuh bin paciweuh karena mereka sibuk mengambil foto sampai mengganggu pengunjung lain. Tak jarang beberapa pengunjung (termasuk turis internasional) terlihat mencibir mereka. Sebisa mungkin kami menjauh dari kerumunan keluarga tersebut. Eksplorasi dimulai dari lantai 1 yang isinya berupa arca, relief, benda-benda peninggalan masa kejayaan Hindu dan Buddha, lukisan manusia berbagai macam suku di Indonesia, rumah adat, dan masih banyak lagi. Untuk arca, beberapa ada yang masih dalam proses perawatan sehingga dibungkus menggunakan plastik. Ada juga arca yang tidak ada pada tempatnya karena dalam proses pembersihan. Di bagian tengah gedung terdapat taman arca yang berisi arca Nandi yang dikelilingi oleh arca-arca lainnya. Sebenarnya aku ingin melihat lebih dekat namun sayangnya lagi hujan.. di pinggir-pinggir taman ada banyak arca dan relief para dewa dan juga ada peralatan jaman dahulu seperti lingga dan yoni. 
Selesai melihat arca-arca, aku dan Fika bergegas ke daerah lobby kaca untuk melihat peta Indonesia dan lukisan manusia dari berbagai suku di Indonesia. Kami tidak terlalu lama di sini karena kami cukup terganggu dengan adanya rombongan keluarga yang sangat ribut. Lanjut, kami ke ruang (aku lupa namanya apa) yang pasti ada banyak artefak-artefak manusia purba dan juga informasi yang berkaitan dengan kehidupannya. Ada juga ruangan prasejarah yang isinya barang-barang peninggalan prasejarah. Di lantai satu terdapat ruangan etmologi namun pada saat aku berkunjung ruangannya sedang ditutup, entahlah karena apa, sepertinya sedang pemeliharaan.
Lanjut ke lantai 2, disini terdapat ruangan dengan tema “Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Ekonomi”. Disini dipamerkan alat-alat yang membantu manusia dalam mencari nafkah seperti neraca raksasa, alat untuk mencari ikan, dan lain sebagainya. Dari sisi ilmu pengetahuan dan teknologi disini ditampilkan berbagai macam alat baca dan tulis jaman dahulu kala, mulai dari menulis di batu, menulis di daun, kayu, dan masih banyak lagi. Sistem navigasi pun ditampilkan di sini dan dijelaskan secara detail melalui tulisan yang ada di samping barang yang dipamerkan.
Setelah puas berkeliling di lantai 2, kami naik ke lantai 3 menggunakan eskalator. Sebenarnya bisa sih menggunakan lift, namun waktu itu museum semakin ramai dan orang-orang memilih menggunakan lift. Untuk menggunakan lift kami harus mengantri lebih lama. Males berlama-lama akhirnya kami kami naik eskalator saja. Oh iya perlu diketahui bahwa eskalator di museum ini sangat cepat seperti eskalator-eskalator di Singapura. Hati-hati terjatuh ya!! Untuk eskalator naik sih masih oke tapi untuk eskalator turun aku agak deg-degan takut jatoh hehe... Di lantai 3 ini tersimpan koleksi peralatan sehari-hari seperti kursi, meja, perhiasan, pakaian sehari-hari, dan perabot-perabot lainnya.
Setelah puas menjelajah lantai 3, tiba saatnya kami menjelajah lantai 4. Untuk lantai 4 ini agak spesial karena kami tidak diperkenankan mengambil gambar. Satu-satunya tempat yang boleh diambil gambarnya hanyalah pada lobby yang dindingnya dihiasi banyak foto hitam putih yang menggambarkan kehidupan dan potret masa lampau. Lantai 4 ini menyimpan koleksi emas dan keramik. Fika bilang, selain karena masalah keamanan, alasan tidak diperbolehkannya kita mengambil foto adalah karena cahaya flash dari kamera dapat merusak partikel-partikel halus pada benda koleksi yang dipamerkan.
Sebelum kami meninggalkan museum, kami menyempatkan diri untuk shalat di area basement. Mushalanya menurutku cukup enak dan adem meski letaknya ada di area basement. Mukena yang disediakan juga bersih dan layak pakai. Biasanya kalau di Bandung mushala (apalagi yang letaknya di basement) jauh dari kata layak. Udah mah tempatnya kecil, mukenanya juga bau. Nah beda dengan mushala yang ada di Museum Indonesia ini. Terimakasih ya Museum Indonesia untuk tidak melupakan kenyamanan mushala.

Setelah puas menjelajah setiap sudut museum, kami lapar sekali hehe. Kami memutuskan untuk makan di Perpustakaan nasional sembari menghemat waktu karea saat itu jam menunjukkan pukul 14.00. Kami ke Perpustakaan Nasional jalan kaki mengitari Monas. Tadinya kami mau naik grab saja, tapi dipikir-pikir kapan lagi menikmati jalanan Jakarta sambil jalan kaki. Tak butuh waktu lama kami akhirnya sampai di Perpustakaan Nasional. Begitu masuk ke gedung depan, wow.....seperti bukan perpustakaan! Iyap... ini sih lebih ke arah museum karena di sini terpajang banyak koleksi-koleksi foto, benda-benda unuk menulis, meja, kursi, sepeda, dan beberapa layar interaktif yang menceritakan sejarah perpustakaan. Di gedung ini tidak ditampilkan kolekesi buku yang bertumpuk seperti perpustakaan pada umumnya.
Karena jam berkunjung hanya tinggal sebentar lagi, kami langsung ke gedung besar dan tinggi yang berada di belakang gedung pertama. Salah satu tujuan kami ke Perpustakaan ini adalah mencetak kartu anggota perpustakaan kami. Selama ini kami hanya memiliki nomor keanggotaan digital saja. Oh iya kabarnya di lantai 24 ada rooftop yang wajib banget buat dikunjungi namun karena perpustakaan sudah mau tutup kami tidak jadi ke lantai 24. Boro-boro ke lantai 24, kami Cuma bisa jelajah hingga lantai 4 juga. Kami ke lantai 4 pun itu karena lapar. Berbicara soal lapar, perpustakaan nasional memiliki kafetaria yang menjual makanan murah namun enak!! Kafetarianya cukup besar dan bersih dengan cat berwarna putih, meja kayu, dan sofa berwarna biru-jingga. Aku dan Fika memesan paket nasi yang harganya 13 ribu rupiah saja. Untuk teman nasinya kita boleh memilih sendiri naun maksimal 3 jenis. Aku memilih nasi, telor balado, dan terong balado, dan tahu bumbu merah. Untuk air minum disediakan air mineral secara gratis dan kita bisa refill semau kita sepuasnya.
Jam menunjukkan puul 16.00 yang artinya perpustakaan sudah mau tutup. Sudah ada pemberitahuan melalui speaker yang intinya agar kita cepat keluar dari area perpustakaan.. huhu sedihnya.... tapi ya bagaimana lagi. Mungkin lain kali aku harus jadwalkan eksplorasi Perpustakaan Nasional dari pagi hari agar semua lantai dapat terjelajahi. Perjalanan dilanjutkan ke Galeri Nasional Indonesia. Sayangnya kami ke sana di waktu yang kurang tetap karena beberapa bagian galer sudah tutup sehingga kami hanya dapat mengunjungi pameran temporernya saja. Meski begitu, aku dan Fika butuh kurang lebih 2 jam untuk mengeksplorasi semua sisi pameran hingga kaki kami rasanya mau copot larena tiak ada tempat duduk di museum. Sekalinya posisi jongkok eh ditegur sama mbak-mbak yang bertugas.
Tiga tempat yang aku ceritakan di atas memang seharusnya tidak dikunjungi berbarengan dalam satu hari karena satu tempat saja bisa menghabiskan waktu lebih dari 4 jam (jika kita benar-benar eksplore setiap sudutnya). Akan lebih baik jika kita datang pada saat awal museum buka sehingga kita bebas eksplorasi tanpa ada gangguan dari pengunjung lain dan tentunya tidak perlu antri apabila kita mau berfoto, hehe... Wisata di Jakarta ternyata cukup asyik dan melampaui ekspektasiku. Oh iya dan tentunya membuka mataku bahwa tempat wisata Jakarta bukan hanya Dufan.  Heeheeee... Sekian cerita dariku.. mohon maaf apabila banyak kesalahan dan tidak dapat bercerita secara detail karena waktu kunjungan yang singkat. Mudah-mudahan aku diberi kesempatan untuk bisa lebih mengeksplor Perpustakaan Nasional dan Galeri Nasional. Aamiiiiiiin... Have a nice long weekend everyone :)

You May Also Like

0 comments