Galeri Nasional IndonesiaItenerary JakartaMuseum Nasional IndonesiaPerpustakaan NasionalSatu Hari di JakartaTravellingWisata ke JakartaWisata Medan Merdeka
Satu Hari di Medan Merdeka Jakarta
Aku jarang sekali pergi ke Jakarta. Kalaupun ke
Jakarta pastilah tempat yang dikunjungi adalah
Dufan. Kali ini aku dan Fika berkunjung ke tempat wisata di medan
merdeka. Sekitaran Monas saja.. Tadinya aku ingin menambahkan Kota Tua juga pada
itenerary tapi sayangnya waktu tidak memungkinkan. Di
kunjungan kali ini aku dan Fika megunjungi Museum Nasional, Perpustakaan
Nasional, dan Galeri Nasional.
Waktu itu jam menunjukan pukul 08.15 pagi. Aku
dan Fika sampai di stasin Gambir disambut oleh langit Jakara yang kurang bersahabat karena
hujan. Kami sarapan terlebih dahulu di stasiun Gambir sembari menunggu hujan reda. Sayangnya hujan malah turun
semakin deras. Jam menunjukkan angka 09.30 dan kami tidak mau menyia-nyiakan
waktu kami selama di Jakarta hanya karena hujan. Akhirnya kami berani menerjang
hujan (pake Grabcar wkwk) menuju ke Museum Nasional. Museum Nasional Indonesia
terletak di Jalan Medan Merdeka Barat nomor 12 Jakarta Pusat. Tempat ini buka
setiap hari kecuali hari Senin dan hari libur nasional dari pukul 08.30 hingga
pukul 16.00. Tiket masuknya cukup murah menurutku, karena maksimal kita hanya
merogoh uang sebesar Rp10.000,00 saja (harga turis). Aku sendiri hanya
mengeluarkan uang sebesar Rp5.000,00 saja. Setelah membeli tiket, aku dan Fika
diharuskan menitipkan tas karena tas kami adalah tas gandong. Kalau kalian mau
ke Museum ini, aku sarankan sih pakai tas selempang aja supaya ga usah ribet
dititipin.
Kala itu museum cukup ramai oleh
rombongan keluarga yang sungguh riweuh bin paciweuh karena mereka sibuk
mengambil foto sampai mengganggu pengunjung lain. Tak jarang beberapa
pengunjung (termasuk turis internasional) terlihat mencibir mereka. Sebisa
mungkin kami menjauh dari kerumunan keluarga tersebut. Eksplorasi dimulai dari
lantai 1 yang isinya berupa arca, relief, benda-benda peninggalan masa kejayaan
Hindu dan Buddha, lukisan manusia berbagai macam suku di Indonesia, rumah adat,
dan masih banyak lagi. Untuk arca, beberapa ada yang masih dalam proses
perawatan sehingga dibungkus menggunakan plastik. Ada juga arca yang tidak ada
pada tempatnya karena dalam proses pembersihan. Di bagian tengah gedung
terdapat taman arca yang berisi arca Nandi yang dikelilingi oleh arca-arca lainnya.
Sebenarnya aku ingin melihat lebih dekat namun sayangnya lagi hujan.. di
pinggir-pinggir taman ada banyak arca dan relief para dewa dan juga ada
peralatan jaman dahulu seperti lingga dan yoni.
Selesai melihat arca-arca, aku dan Fika bergegas ke daerah lobby kaca untuk melihat peta Indonesia dan lukisan manusia dari berbagai suku di Indonesia. Kami tidak terlalu lama di sini karena kami cukup terganggu dengan adanya rombongan keluarga yang sangat ribut. Lanjut, kami ke ruang (aku lupa namanya apa) yang pasti ada banyak artefak-artefak manusia purba dan juga informasi yang berkaitan dengan kehidupannya. Ada juga ruangan prasejarah yang isinya barang-barang peninggalan prasejarah. Di lantai satu terdapat ruangan etmologi namun pada saat aku berkunjung ruangannya sedang ditutup, entahlah karena apa, sepertinya sedang pemeliharaan.
Lanjut ke lantai 2, disini
terdapat ruangan dengan tema “Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Ekonomi”. Disini
dipamerkan alat-alat yang membantu manusia dalam mencari nafkah seperti neraca
raksasa, alat untuk mencari ikan, dan lain sebagainya. Dari sisi ilmu
pengetahuan dan teknologi disini ditampilkan berbagai macam alat baca dan tulis
jaman dahulu kala, mulai dari menulis di batu, menulis di daun, kayu, dan masih
banyak lagi. Sistem navigasi pun ditampilkan di sini dan dijelaskan secara
detail melalui tulisan yang ada di samping barang yang dipamerkan.
Setelah puas berkeliling di
lantai 2, kami naik ke lantai 3 menggunakan eskalator. Sebenarnya bisa sih
menggunakan lift, namun waktu itu museum semakin ramai dan orang-orang memilih
menggunakan lift. Untuk menggunakan lift kami harus mengantri lebih lama. Males
berlama-lama akhirnya kami kami naik eskalator saja. Oh iya perlu diketahui
bahwa eskalator di museum ini sangat cepat seperti eskalator-eskalator di Singapura.
Hati-hati terjatuh ya!! Untuk eskalator naik sih masih oke tapi untuk eskalator
turun aku agak deg-degan takut jatoh hehe... Di lantai 3 ini tersimpan koleksi
peralatan sehari-hari seperti kursi, meja, perhiasan, pakaian sehari-hari, dan
perabot-perabot lainnya.
Setelah puas menjelajah lantai 3,
tiba saatnya kami menjelajah lantai 4. Untuk lantai 4 ini agak spesial karena
kami tidak diperkenankan mengambil gambar. Satu-satunya tempat yang boleh diambil
gambarnya hanyalah pada lobby yang dindingnya dihiasi banyak foto hitam putih
yang menggambarkan kehidupan dan potret masa lampau. Lantai 4 ini menyimpan
koleksi emas dan keramik. Fika bilang, selain karena masalah keamanan, alasan
tidak diperbolehkannya kita mengambil foto adalah karena cahaya flash dari
kamera dapat merusak partikel-partikel halus pada benda koleksi yang
dipamerkan.
Sebelum kami meninggalkan museum,
kami menyempatkan diri untuk shalat di area basement. Mushalanya menurutku
cukup enak dan adem meski letaknya ada di area basement. Mukena yang disediakan
juga bersih dan layak pakai. Biasanya kalau di Bandung mushala (apalagi yang
letaknya di basement) jauh dari kata layak. Udah mah tempatnya kecil, mukenanya
juga bau. Nah beda dengan mushala yang ada di Museum Indonesia ini. Terimakasih
ya Museum Indonesia untuk tidak melupakan kenyamanan mushala.
Setelah puas menjelajah setiap
sudut museum, kami lapar sekali hehe. Kami memutuskan untuk makan di
Perpustakaan nasional sembari menghemat waktu karea saat itu jam menunjukkan
pukul 14.00. Kami ke Perpustakaan Nasional jalan kaki mengitari Monas. Tadinya
kami mau naik grab saja, tapi dipikir-pikir kapan lagi menikmati jalanan
Jakarta sambil jalan kaki. Tak butuh waktu lama kami akhirnya sampai di Perpustakaan
Nasional. Begitu masuk ke gedung depan, wow.....seperti bukan perpustakaan! Iyap...
ini sih lebih ke arah museum karena di sini terpajang banyak koleksi-koleksi
foto, benda-benda unuk menulis, meja, kursi, sepeda, dan beberapa layar
interaktif yang menceritakan sejarah perpustakaan. Di gedung ini tidak
ditampilkan kolekesi buku yang bertumpuk seperti perpustakaan pada umumnya.
Karena jam berkunjung hanya
tinggal sebentar lagi, kami langsung ke gedung besar dan tinggi yang berada di
belakang gedung pertama. Salah satu tujuan kami ke Perpustakaan ini adalah
mencetak kartu anggota perpustakaan kami. Selama ini kami hanya memiliki nomor
keanggotaan digital saja. Oh iya kabarnya di lantai 24 ada rooftop yang wajib banget buat dikunjungi namun karena perpustakaan
sudah mau tutup kami tidak jadi ke lantai 24. Boro-boro ke lantai 24, kami Cuma
bisa jelajah hingga lantai 4 juga. Kami ke lantai 4 pun itu karena lapar.
Berbicara soal lapar, perpustakaan nasional memiliki kafetaria yang menjual
makanan murah namun enak!! Kafetarianya cukup besar dan bersih dengan cat
berwarna putih, meja kayu, dan sofa berwarna biru-jingga. Aku dan Fika memesan
paket nasi yang harganya 13 ribu rupiah saja. Untuk teman nasinya kita boleh
memilih sendiri naun maksimal 3 jenis. Aku memilih nasi, telor balado, dan
terong balado, dan tahu bumbu merah. Untuk air minum disediakan air mineral secara gratis
dan kita bisa refill semau kita
sepuasnya.
Jam menunjukkan puul 16.00 yang
artinya perpustakaan sudah mau tutup. Sudah ada pemberitahuan melalui speaker
yang intinya agar kita cepat keluar dari area perpustakaan.. huhu sedihnya....
tapi ya bagaimana lagi. Mungkin lain kali aku harus jadwalkan eksplorasi
Perpustakaan Nasional dari pagi hari agar semua lantai dapat terjelajahi.
Perjalanan dilanjutkan ke Galeri Nasional Indonesia. Sayangnya kami ke sana di
waktu yang kurang tetap karena beberapa bagian galer sudah tutup sehingga kami
hanya dapat mengunjungi pameran temporernya saja. Meski begitu, aku dan Fika
butuh kurang lebih 2 jam untuk mengeksplorasi semua sisi pameran hingga kaki
kami rasanya mau copot larena tiak ada tempat duduk di museum. Sekalinya posisi
jongkok eh ditegur sama mbak-mbak yang bertugas.
Tiga tempat yang aku ceritakan di
atas memang seharusnya tidak dikunjungi berbarengan dalam satu hari karena satu
tempat saja bisa menghabiskan waktu lebih dari 4 jam (jika kita benar-benar eksplore
setiap sudutnya). Akan lebih baik jika kita datang pada saat awal museum buka
sehingga kita bebas eksplorasi tanpa ada gangguan dari pengunjung lain dan
tentunya tidak perlu antri apabila kita mau berfoto, hehe... Wisata di Jakarta
ternyata cukup asyik dan melampaui ekspektasiku. Oh iya dan tentunya membuka
mataku bahwa tempat wisata Jakarta bukan hanya Dufan. Heeheeee... Sekian cerita dariku.. mohon maaf
apabila banyak kesalahan dan tidak dapat bercerita secara detail karena waktu
kunjungan yang singkat. Mudah-mudahan aku diberi kesempatan untuk bisa lebih
mengeksplor Perpustakaan Nasional dan Galeri Nasional. Aamiiiiiiin... Have a nice long weekend everyone :)
0 comments