Ke Singapura 3,8 juta all in (4 hari 3 malam) part #1

by - November 27, 2018

Ke Singapura cuma 3,8 juta bisa? Bisa dong. Biaya itu semua sudah termasuk tiket pesawat pulang pergi, penginapan, transportasi, makan, tiket masuk Universal Studio, Art and Science Museum, dan bahkan biaya oleh-oleh.

Jadi ide ini sudah dicetuskan jauh-jauh hari. Aku dan Alifa ingin berlibur setelah UKMPPD. Tadinya kami ingin liburan keliling ASEAN karena kami sempat melihat tiket murah di akun instagram promotrip. Kalau tidak salah waktu itu promonya 1,8 juta bisa dapet tiket roundtrip ke 3 negara. Karena promo itu tidak kunjung datang kembali, akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke satu negara saja, yakni Singapura. Keputusan itu diambil setelah tiba-tiba ada promo murah yang ditawarkan oleh senior kami, yakni satu juta rupiah untuk tiket PP Jakarta-Singapura dengan maskapai airasia. Sayangnya tanggal keberangkatan dan atau kepulangan kami tidak ada yang cocok dengan yang ditawarkan oleh senior kami. Nyaaaa kumaha deui atuh da... akhirnya kami abort the mission.

Saat cek ke situs resmi airasia, kami terkejut bukan main karena ternyata harganya bisa lebih murah dibandingkan membeli tiket di senior kami yang tadi, yakni hanya kurang lebih 800rb saja ditambah ada jadwal pulang dan pergi yang sangat cocok dengan kami. Belum selesai ngubek-ngubek website airasia, tiba-tiba ada iklan tawaran bundling penerbangan dan penginapan yang murah dari situs Airasiago. Jadi airasia go ini adalah gabungan dari maskapai Airasia dan travel Expedia sehingga insyaAllah terpercaya, hehe. Dari situs ini kami bisa mendapatkan harga 1,4jt saja!!! Harga tersebut sudah termasuk tiket PP dengan maskapai airasia dan penginapan di Hostel Moni selama 3 malam. Hmmm sangat menggiurkan ya.. Supaya lebih asik akhirnya kami mengajak teman-teman kami yang lain, yakni Ulfah, Maryam, dan Isty. Dari tiga teman kami tersebut yang tertarik ingin bergabung hanya Ulfah saja. Maryam tidak bisa ikut karena mau umrah, sedangkan Isty waktu itu masih galau karena orangtuanya tidak mengizinkan.

Setelah ditelaah lebih lanjut, ternyata hostel yang akan kami tempati itu kurang nyaman, agak creepy, dan kamar mandinya di luar. Karena aku, Alifa, dan Ulfah adalah wanita berkerudung akhirnya kami melepas Hostel Moni dan mencoba untuk mencari bundling lain dengan hostel yang memiliki kamar mandi dalam.

Setelah sekian lama mencari akhirnya kami menemukan bundling tiket penerbangan PP dan penginapan yang menarik lewat aplikasi traveloka.com. Dari situs itu kami mendapatkan harga 1,5 juta untuk bundling tiket pesawat PP (maskapai Scoot saat pergi dan maskapai Jetstar saat pulang) dan penginapan di 5footway.inn project Bugis. Hostelnya terlihat unik dan bersih dengan fasilitas air berbagai minuman gratis 24 jam (air mineral, teh tarik, milo, kopi, dll) serta sarapan gratis setiap pagi berupa sereal, roti, dan buah apel. Dipikir-pikir lumayan banget buat menghemat!!! Sayangnya harga tersebut untuk kamar yang tidak memiliki kamar mandi dalam. Untuk mendapatkan kamar mandi dalam kami harus mengeluarkan uang ekstra 300k/orang. Yaaaa yaudah lah gapapa da gimana lagi... jadinya untuk tiket pesawat PP dan penginapan kami mengeluarkan 1,82jt.

Salah satu tujuan kami di Singapura adalah pergi ke Universal Studio untuk bermain wahana yang memacu adrenalin. Nah, di traveloka kebetulan sedang ada diskon juga hehe.. dari harga 780k diskon menjadi 680k. Yang menarik lagi, ada diskon tambahan sehingga total yang harus dibayar hanyalah 570k. Tanpa pikir panjang kami bertiga akhirnya membeli tiket USS tersebut. Total sementara pengeluaran kami per orang adalah 2,39jt.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Waktu itu hari Senin tanggal 4 Desember 2017, sebelum ke Singapura, kami menukar uang terlebih dahulu di GMC Bandung. Aku menukar uang hanya 1,3 juta. Paling kecil sih... tapi da gimana atuh gaji dari beberapa instansi yang aku tempati belum cair :””” Gajiku baru cair tanggal 5 Desember 2017. Itu juga kalau tidak telat. Rencanaku kalau semisal uang 1,3 juta itu tidak cukup, aku akan menarik uang di ATM BNI yang ada di Jln. Orchard saja, toh kursnya cukup bagus dan tidak dibebani biaya tambahan. Kalaupun saaat uangku habis dan aku tidak berada di Orchard wes gapapa... aku udah browsing katanya narik uang di ATM apapun di Singapura kursnya tetap bagus dan hanya dikenai charge 25-30rb saja.

Hari Senin itu kami nginep di rumah Alifa karena rumah Alifa dekat dengan pool bus Primajasa. Kami sengaja tidur bareng supaya kalau ada yang telat bangun ada teman lain yang mengingatkan. Kami mengambil jadwal bus Bandung – Bandara Soekarno Hatta dengan harga Rp115.000,00 pukul 02.00 dini hari tgl 5 Desember 2017. Kok pagi banget? Karena penerbangan kami ke Singapore adalah pukul 9.55 dan menurut survey yang dilakukan Alifa ke beberapa travel, rata-rata staf travelnya bilang kalau macet waktu perjalanan bisa sampai 5-6 jam. Wah, gamau lah ketinggalan pesawat karena macet.. akhirnya kami ambil jadwal jam 2 dini hari. Tadinya mau ambil jadwal jam 3 pagi sih cuma takut macet. Kami mengambil perkiraan bahwa kami harus sudah ada di Bandara maksimal banget jam 7 pagi supaya bisa bernapas dulu, cuci muka dulu, dan sarapan cantik dulu. Aku dan Alifa masih trauma hampir ketinggalan pesawat saat penerbangan KL-Incheon dua tahun lalu wqwqqq...

Alhamdulillah perjalanan Bandung – Bandara Soekarno Hatta tidak macet sama sekali, hanya 2,5 jam saja hahahaaa... Pukul 4.30 kami sudah sampai di Bandara. Yeaay alhamdulillah kami masih bisa shalat di tempat yang stabil alias shalat tidak di dalam bus yang sedang melaju. Setelah shalat, sarapan, cuci muka, dan dandan sedikit akhirnya pukul 7.30 kami check in. Koper kami ditimbang sama mbak-mbak dari Scoot. Fyi, maskapai Scoot ini sangat baik. Untuk kabin dia memberikan jatah 10kg/orang. Sebenarnya di websitenya ditulis 10kg itu terdiri dari tas yang disimpan di kabin maksimal 7kg dan tas yang kita tenteng entah itu dipegang atau disimpan di bawah kursi maksimal 3 kg, tapi pas check in koper kabin Ulfah yang beratnya 7,8kg bisa lolos hohohooo...

Oke, setelah check in kami ketemu sama warga negara Cina (lupa namanya siapa). Dia sok akrab gitu tiba-tiba cerita tentang kisah hidupnya, kisah tentang dia yang melancong ke Indonesia guna mengikuti semacam kompetisi mengingat angka, dan tak lupa kisahnya yang ketinggalan pesawat. Sebenernya orangnya asik sih tapi aku ngantuk karena cuma tidur 2 jam doang pas di bis. Untungnya ada waktu dimana dia meninggalkan kami untuk melihat-lihat stand kopi jadi langsung aku manfaatkan untuk segera tidur sebelum dia kembali karena aku yakin pas dia kembali dia langsung ngajak ngobrol lagi. Aku jahat sih, tapi maaf pisan atuh da aku teh lelah... Setelah entah berapa lamanya akhirnya kami bisa boarding. Sebelum boarding aku, Ulfah, dan Alifah buang air kecil dulu. Sengaja sih, biar ga BAK di pesawat soalnya ga ada air. Teu genah kumaha kitu nya... asa masih kotor.. ewww..

Oia si warga China tadi ternyata duduk di belakang kursiku. Alhamdulillah dia akhirnya mendapat teman baru untuk ngobrol wqwqwqqq.... begitu di dalam pesawat aku langsung tewas di dunia mimpi. Tujuanku hanya satu, yakni supaya tidak ngantuk begitu sampai di Singapura. Di tengah ketentraman tidurku di pesawat tiba-tiba telinga kananku sakit parah tiada terkira (lebay). Segala cara sudah kulakukan seperti hoay (menguap), melakukan gerakan mengunyah, telen-telen ludah, dan lain sebagainya guna menyeimbangkan tekanan telinga dan tekanan lingkungan. Rasa tidak nyaman itu sepertinya dikarenakan pesawat sedang berada dalam ketinggian tertentu. Kemudian lama-kelamaan telingaku kembali normal ketika pesawat sudah mendekati Singapura dan bersiap untuk landing. Alhamdulillah..

Sesampainya di Singapura, kami langsung mencari Seven Eleven (Sevel) guna membeli kartu ezlink. Kartu ezlink ini semacam e-money yang bisa kita gunakan untuk mengganti pembayaran uang transportasi selama di Singapura. Sebenarnya untuk di Singapura kita bisa menggunakan kartu ezlink atau SPT. Apabila mobilisasi kita lumayan banyak dan aku menyarankan menggunakan SPT supaya lebih hemat. Aku memilih membeli ezlink karena mobilisasi selama di Singapura hanya sedikit menggunakan alat transportasi. Aku dan teman-teman lebih banyak jalan kaki untuk menikmati setiap sudut Singapura yang indah,, wqwqwq... (intina mah hemat tapi puas). Setelah mencari sevel kesana kemari tapi tidak ketemu, kami disarankan membeli kartu ezlink di semacem stand stand mini gitu deh. Eh ternyata harganya lebih murah hanya 10SGD, disaat kalau beli di sevel harganya 12SGD. Harga 10SGD itu sudah termasuk deposit sebesar 5SGD jadinya kami bisa langsung pake deh itu kartu ezlink.


EzLink Card


Tadinya kami berencana untuk makan siang di Chinatown atau Little India, namun karena sudah lapar luar biasa dan mood kami sudah tidak terlalu bagus, akhirnya kami memutuskan untuk makan apapun seketemunya. Setelah sampai di Lavender station, mata kami jelalatan mencari makanan. Akhirnya pilihan kami jatuh pada Restoran Kopitiam. Di sini ada banyak sekali pilihan makanannya mulai dari makanan Melayu hingga makanan Chinnese. Harganya juga lumayan bersahabat dengan porsi super jumbo. Aku memesan roasted chicken rice dengan harga 4,5SGD.

Setelah kenyang dan bertenaga kami melanjutkan perjalanan mencari hostel tempat kami akan tinggal selama 4 hari ke depan. Agak sulit bagi kami mencarinya karena kami tidak terhubung ke internet sama sekali. Kami hanya bermodalkan hasil screencapture google map dan bertanya pada orang-orang baik di sekitar kami. Akhirnya setelah putar-putar, kami menemukan hostel yang dimaksud. Iyap, 5footway.inn Project Hostel. Kami disambut oleh petugas hostel yang ramah. Dilihat dari penampilannya sepertinya dia adalah anak kuliahan yang kerja part time. Petugas hostel itu sangat ramah tapi gak lebay dan gak dibuat-buat ramahnya.


Perjalanan mencari hostel setelah makan


Kamar hostel kami sangat sangat kecil. 1 tempat tidur ada di bawah sementara dua lagi ada di atas. But that’s ok... cukup kok kalau cuma untuk tidur aja. Untuk shalat terkadang harus gantian karena lantainya sangat sempit dan spacenya sudah habis untuk menaruh barang. Kalau memang sedang malas memindah-mindahkan barang aku suka shalat di atas Kasur. Meskipun kecil, kamar yang kami tempati cukup bersih. Kasur dibungkus oleh seprai berwarna putih. Begitu pula dengan selimutnya diberikan warna putih. Hal ini tentunya menambah kesan yang bersih. Ukuran kamar mandi yang kami dapatkan tidak kecil dan juga tidak besar. Cukup lah untuk mandi satu orang. Di sini sudah ada sabun yang juga dapat berfungsi sebagai shampoo (selayaknya hostel pada umumnya). Air yang digunakan untuk mandi dapat kita atur sendiri suhunya. Bisa hangat atau dingin.


Lobby hostel


Lorong menuju kamar


Kamar kami di hostel



Setelah mandi kami memulai perjalanan di Singapore. Yeaaaaaah... Tempat pertama adalah Arab street dan Kampong Gelam. Menyusuri tempat ini seakan-akan sedang berjalan-jalan di Braga saat sedang ada pameran hahaaa... Ada banyak sekali mural yang bisa dijadikan spot foto ala-ala untuk di-upload ke instagram. Di sini juga ada banyak sekali tempat makan mulai dari yang murah sampai yang mahal. Selain itu, disini juga ada banyak tukang dagang yang menjajakan berbagai macam barang seperti tukang karpet, tas, sepatu, pashmina, gantungan kunci, dan lain sebagainya. Orang-orang di sini ramah-ramah. Melihat kedatangan kami banyak yang mengucapkan salam dan berbicara menggunakan bahasa melayu menawarkan makanan dari kedai mereka. Oh iya disini juga ada banyak diskotik yang terkadang memutar musik dengan suara cukup kencang. Wajar saja apabila wilayah ini masih terasa ramai pada malam hari.


Haji Lane, Arab Street

Mural di Haji Lane, Arab Street


Mural again



Perjalanan kedua adalah ke Little India. Hampir sama seperti Arab street, di sini juga ada banyak sekali mural. Orang-orang disini hampir semuanya menggunakan pakaian khas India seperti kain saari. Dahi mereka pun dihiasi oleh hiasan berupa titik berwarna hitam atau terkadang ada juga yang hanya goresan warna merah atau putih, atau kuning. Berbeda dengan Arab street yang kebanyakan penjualnya menjual kain, disini banyak sekali yang menjual bahan sesembahan semacam bunga warna warni, dupa, minyak-minyak, dan lain sebagainya. Aroma di area ini pun tentunya khas, yap… bau dupa, bau bunga, dan terkadang bau rempah-rempah. Nano-nano lah baunya. India banget. Kaya di film film bollywood. Di sini juga sesekali banyak yang mengucapkan assalamualaikum pada kami.


Mural di Little India


Penjual sesajen di Little India

Tadinya kami ingin melanjutkan perjalanan ke Chintown, akan tetapi kami nyasar, jadilah kami langsung melanjutkan perjalanan ke Clarke Quay untuk makan malam dan melihat perahu dan sungai. Tapi ya sambil nyasar-nyasar juga sih. Hahaha.... setelah sampai di Clarke Quay, kami menjelajah untuk mencari makanan yang bersahabat di kantong akan tetapi yaaaa cukup sulit.. heheee.. rata-rata makanan di sini dijual dengan harga diatas 10SGD. Ada yang murah ga? Ada sih... tapi yang murah justru beer dan minuman beralkohol lainnya. Kami akhirnya menghabiskan waktu disini melihat perahu yang lalu lalang. Niat kami awalnya tertarik menaiki perahu tersebut. Tapi kami urungkan niat kami karena harganya agak lumayan bikin dompet totos, yakni 25GSD/orang.


Clarke Quay


Setelah habis tenaga, akhirnya kami makan malam di Sevel. Alhamdulillah masih ada makanan dengan harga bersahabat hehe.. Aku makan dengan burger jamur seharga 2SGD, Alifa makan mcncheese, dan Ulfah makan nasi briyani dengan daging berlimpah. Dengan harga kurang dari 5SGD kami sudah bisa makan dengan kenyang. Oia untuk minum kami sengaja bekal air mineral dari hostel supaya bisa lebih hemat. Perlu dicatat bahwa harga air mineral di Singapore lumayan mahal. Alangkah lebih baik apabila kita membawa sendiri botol minuman kosong berukuran sedang (+/- ukuran 600 ml). Beberapa tempat menyediakan keran air minum sehingga kita dapat mengisi ulang apabila air di dalam botol kita habis.

Karena sudah capek, akhirnya kami pulang ke hostel. Kami mandi dan kemudian langsung tidur supaya besoknya kami bisa bangun pagi dengan bugar untuk menjelajah Universal Studio.


To Be Continued....






Garut, 28 November 2018
Vera Dianwari

You May Also Like

0 comments