Massage - A Necessity, not a Luxury

by - Agustus 24, 2019


Beberapa hari belakangan ini aku merasa begitu lelah. Lelah disini artinya adalah lelah fisik. Punggung terasa lebih sering nyeri terutama apabila sudah duduk lama di depan laptop. Kaki terasa rapuh karena sering berjalan dan kadang berlari saat sedang bekerja di rumah sakit. Hal terakhir yang paling membuatku lelah adalah jaga selama kurang lebih 20 jam yang diikuti oleh tugas akreditasi di rumah sakit selama 6,5 jam. Itu juga mendadak, sehingga aku terpaksa menyuruh adik mengirim baju ganti dan alat mandiku ke rumah sakit.

Rasanya aku agak dzalim membiarkan tubuhku sendiri kelelahan mengerjakan hal-hal untuk orang lain. Awalnya aku berencana untuk membeli gulu-gulu sebelum pulang ke rumah sebagai self reward karena telah berhasil melewati beberapa hari ke belakang. Semua pikiran mengenai gulu-gulu tiba-tiba menghilang tatkala teringat bahwa Firna pernah mengatakan mengenai tempat pijat yang endol di BEC. Nama tempat pijatnya adalah RX Relaxology. Ah apa coba pijat aja ya? Karena penasaran akhirnya aku coba tengok tempat pijat yang ada di lantai paling atas BEC. Dimulai dari liat-liat harga, lalu tanya-jawab mengenai jenis pelayanan pijat yang ada, dan akhirnya aku memilih untuk mencoba body massage 60 menit. Hahahaaa..


Begitu masuk ke area pijat perempuan, aku langsung disambut dengan musik-musik lembut yang enak banget buat pengantar tidur. Aku dituntun untuk masuk ke dalam salah satu bilik dan berganti pakaian menjadi kemben. Sebelum mulai, mbak terapisnya menawarkan apakah aku ingin memakai minyak aromaterapi untuk pijitnya atau minyak biasa. Secara tidak sadar aku mengiyakan tawaran tersebut. Saat mbak terapisnya pergi mengambil minyak, sekejap  ada rasa penyesalan. Aduh aku buang-buang uang... toh cuma beda aroma aja sama minyak biasa. Tapi yasudahlah..

Ternyata keputusanku untuk menggunakan minyak aromaterapi tidak salah dan aku sangat berterimakasih pada pikiran alam bawah sadarku yang tiba-tiba mengiyakan tawaran aromaterapi. Sungguh enak banget coy.. wanginya kalem dan terdapat sensasi hangat karena si minyaknya dipanaskan dulu di tungku kecil.



Saat pijat di mulai, mbak terapis ngajak aku ngobrol. Ya basa basi standar kaya “udah kerja apa belum”,” kerja dimana”, dan lain sebagainya hingga akhirnya aku tidur karena pijatannya enak. Tiba-tiba aku dibangunin untuk sesi pijat leher dan kepala. Setelah kepala dan leher diuwel-uwel dengan tangan lincah si mbak terapis, aku disuguhi minuman jahe hangat. Sedaaap!! Sesungguhnya aku ingin prolong pijetnya terutama di bagian kepala dan leher. Sayangnya aku baru ingat kalau aku harus mengerjakan laporan operasi yang dikirim oleh Teh Dita. Hahaa.. Sebelum pulang, mbak terapis menawari aku untuk mandi terlebih dahulu. Tadinya aku ingin sekalian keramas juga tapi di RX tidak disediakan sampo dan alat pengering rambut.

Sepertinya memang tubuh ini butuh diperhatikan. Lelah body langsung lenyap seketika aku melangkahkan kaki keluar dari tempat pijat. Satu jam rasanya kurang cukup untuk melepas seluruh stress yang ada di dalam tubuh, namun setidaknya tubuhku merasa lebih jauh lebih baik.

Mengutip dari buku “Self Care for the Real World” yang sedang aku baca, beberapa orang menganggap pijat sebagai sebuah kemewahan untuk memanjakan diri sendiri dan membuang-buang uang. Akan tetapi, memijat dan mendapatkan pijatan untuk diri sendiri adalah hal yang luar biasa yang dapat membantu kita untuk memiliki hubungan yang lebih baik dengan tubuh sendiri. Setelah pijat mungkin tidak akan ada yang berubah dari penampilan, tapi setidaknya kita dapat lebih fokus dan siap menghadapi aktivitas lain yang sudah menanti. 



Merasakan manfaat yang aku rasakan ini, aku berencana untuk menjadikan pijat sebagai aktivitas rutin sebagai rasa terimakasih pada tubuhku sendiri. Bahkan pada saat sedang menulis tulisan ini, aku sudah booking jadwal pijat untuk bulan depan.. heheheee....

Dear my body, thank you very much!! See u on the next self care!!



You May Also Like

0 comments