Candi PrambananKeraton Ratu BokoLiburan ke YogyakartaLiburan ke Yogyakarta bersama keluargaTravellingVisit YogyakartaWisata Candi
#YogyakartaDay3
Hari ke-3 di Yogyakarta kami
mulai dengan sarapan sego pecel di Malioboro. Dari ujung ke ujung jalan
harganya sama semua dan murah banget tentunya. Tinggal pilih deh mau makan
dimana. Nasi pecel yang aku pesan harganya cuma Rp10.000,00 tapi kalau mau
tambah yang lain2 ya bayar lagi haha. Untuk tambahannya beragam ada yang hanya
Rp1.000,00-Rp15.000,00. Lagi-lagi aku lupa untuk mengabadikan makanan yang aku
makan karena aku lapaaar.
Kenyang sarapan, kami langsung
menuju ke halte transjogja. Tujuan kami kali ini adalah Candi Prambanan.
Awalnya kami hendak menyewa mobil untuk menuju ke Prambanan namun saat tau ada
rute transjogja ke arah Prambanan dengan harga murah, kami memutuskan untuk
naik transjogja saja. Dengan hanya Rp3.500,00., kami sudah bisa pergi ke
Prambanan dari Malioboro. Transjogja adalah salah satu stranportasi yang nyaman
menurutku. Kalau di Bandung sih mirip-mirip sama Trans Metro Bandung tapi versi
lebih kecil dan jurusan yang lebih banyak. Oia harga Rp3.500,00 itu harga jauh
dekat jadi mau naik atau turun dimanapun harganya segitu! Setelah sampai di
halte Prambanan, kita harus jalan lagi untuk sampai ke pintu masuk Candi.
Karena matahari Yogyakarta sangat aduhai panas akhirnya kami memutuskan naik
Delman. Untuk sekali angkut kami hanya merogoh kocek Rp50.000,00 saja! Harga
segitu untuk satu delman. Sebenernya bapak delmannya bersedia mengantar kami ke
candi Plaosan dulu yang letaknya ada di pedesaan. Tapi keluargaku sudah tidak
sabar melihat2 Candi Prambanan dan Candi Boko. Mungkin kalau lain kali main ke
Yogyakarta lagi aku akan main ke candi Plaosan pakai delman hehe...
Sesampainya di pintu masuk Candi,
kami langsung membeli tiket masuk Candi Prambanan dengan tiket terusan ke
Keraton Ratu Boko. Menurutku cukup menguntungkan membeli tiket terusan karena
jauh lebih murah dari segi harga dan juga disediakan angkutan khusus yang
membawa kita dari dan ke Keraton Ratu Boko. Jika kita hanya mengunjungi Candi
Prambanan atau Keraton Ratu Boko saja, kita dikenakan harga Rp50.000,00 untuk
setiap tempat kunjungan. Akan tetapi apabila kita membeli tiket terusan, kita
dikenakan harga Rp75.000,00. Awalnya
kami ingin mengunjungi Keraton Ratu Boko pada sore hari, namun petugas Candi
mengatakan lebih baik mengunjungi Ratu Boko dulu di pagi hari, baru Prambanan
dengan alasan Keraton Ratu Boko sangat ramai di sore hari dan shuttle bus gratis yang disediakan akan
berhenti beroperasi pada pukul 14.30. Ya sah-sah saja sih kalau mau ke Keraton
Ratu Boko sore hari cuma nanti pasti bingung cara pulangnya gimana ahahhaa.
Setelah menimang keuntungan dan kerugian dalam musyawarah seadanya, aku dan
keluarga memutuskan untuk mengunjungi Keraton Ratu Boko terlebih dahulu.
Menurut tour guide yang sedang memandu wisatawan lain, keraton Ratu Boko
ini adalah tempat tinggal ayahnya Loro Jonggang yang bernama Ratu Boko.
Meskipun ada embel-embel “Ratu” namun tetap saja yang dimaksud adalah
laki-laki. Dari parkiran kita harus berjalan menanjak sekitar 100 m. Wadidaw
cangkeul beb ieu suku... tapi alhamdulillah cuaca Yogyakarta pada pagi itu
cukup bersahabat sehingga kami sangat minimal mengeluarkan keringat. Sebelum
masuk ke pintu gerbang keraton, terdapat lapangan luas yang bisa dipakai untuk
bermain hulahup, enggrang, dan permainan tradisional lainnya. Di sisi-sisi
lapang terdapat banyak penjual makanan, toilet, dan mushola. Bapak yang merasa
terlalu tua untuk menjelajahi candi lebih memilih ngaso menikmati kopi di salah
satu kedai makanan. Oh iya, tidak usah takut kantong jebol kalau jajan di sini
soalnya dijamin masih murah.. berbagai minuman dingin sachetan dijual dengan
harga Rp5.000,00. Untuk makanan harganya dimulai dari Rp10.000,00 saja. Namun
untuk minuman kemasan seperti pocarisweat, teh pucuk, dan lainnya dijual dengan
penambahan harga Rp2.000,00-Rp3.000,00 dari harga normal. Yaa masih okelah
ya...
Pintu gerbang Keraton Ratu Boko
memang salah satu tempat unik untuk berfoto. Hamdallah kami mengikuti saran
dari petugas candi sehingga kami bisa berfoto dengan bebas.Kalaupun harus antri
tidak terlalu berarti karena hanya 1-2
orang saja. Lanjut kami menuju situs lainnya di Keraton Ratu Boko yaitu Candi
pembakaran, yakni berupa candi kecil yang tengahnya terdapat sumur suci. Candi
ini biasanya dipakai untuk membakar jenazah. Kemudian ada area pelataran yang
(kayanya) masih dalam tahap pemugaran. Ke sebelah belakang kami disuguhkan pendopo
yang lumayan luas, berfungsi sebagai tempat menerima tamu. Tidak jauh dari itu
ada kolam pemandian yang indah tapi entah kenapa menurutku agak seram untuk
dijelajahi (padahal mah takut kecebur). Sebenarnya kaki sudah lelah namun rasa
penasaran terus menggelayut tatkala kami melihat ada rombongan keluarga yang
katanya akan menjelajah goa Lanang dan goa Wadon. Dalam pikiranku goa itu
adalah sebuah terowongan atau batu dengan cekungan besar tempat orang
bersembunyi atau berlindung. Namun kenyataannya goa yang dimaksud adalah berupa
cekungan batu kecil yang hanya mampu menampung 2-3 orang untuk berlindung dari
hujan. Goanya terbuka, dan gak bisa digunakan untuk orang bersembunyi.
Lelah menjelajah candi, aku dan
keluarga ngaso di sebuah kedai yang menyajikan minuman dingin dan
makanan-makanan. Aku memesan kopi goodday dingin dan meminumnya diiringi
semilir angin sepoy-sepoy. Adik aku yang hiperaktif mencoba permainan
tradisional yang ada di depan kedai tersebut. Dengan biaya seikhlasnya
(dimasukkan ke dalam kotak, kaya kotak amal di masjid) kami akhirnya bermain
enggrang dan holahop bambu. Untuk holahop sih gampang banget, tapi untuk engang
ya Allah susahnya minta ampun. Hanya mamah yang berhasil main enggang karena
konon mamah saat remaja dulu pernah menjuarai lomba enggrang di acara
tujuhbelasan.
Saat adzan dzuhur berkumandang
kami langsung melesat ke mushola untuk sholat dzuhur dan ashar yang dijama. Di
dekat mushola ada kedai lagi dan kami putuskan untuk makan siang disitu. Murah
cuy! Dan rasanya tidak kaleng-kaleng. Hampir semua makanan harganya 10.000
hingga 20.000 aja dan porsinya juga buanyaaaak banget. Kenyang deh pokoknya!
Aku makan pecel yang harganya hanya Rp10.000,00. Rasanya gak beda jauh dengan
pecel yang aku makan di Malioboro. Bedanya telur di sini ngedadak digoreng jadi
rasanya lebih mantep. Ok perut kenyang, kini saatnya kami menjelajah Candi
Prambanan. Keluar dari komplek Keraton Ratu Boko, kami langsung menuju ke
tempat tunggu shuttle bus. Di tempat tunggu kita bisa mengisi daya handphone
terlebih dahulu supaya bisa digunakan untuk perjalanan berikutnya.
Di Candi Prambanan kami langsung menuju candi utama. Berbeda
dengan Keraton Ratu Boko yang sepi, Prambanan ini buanyaaaaaak banget pengunjungnya.
Karena kami menjelajah Candi Prambanan di siang hari, kami menggunakan payung
untuk menghalau panas. Sebenarnya ada sih penyewaan payung, tapi akan lebih
sreg kalau pakai punya sendiri (sekali lagi, karena saya medit haha). Aku dan
adik langsung nebeng rombongan bule yang sedang asik mendengarkan penjelasan
dari pemandu wisata. Supaya tidak mengundang rasa curiga, kami selalu nebeng
beda-beda rombongan. Memang sih informasi yang didapatkan jadi tidak
komprehensif, tapi yaaa namanya juga nebeng. Jika sedang ada spot candi yang
agak sepi, kami langsung mengambil foto. Beruntung kami bisa menjelajah semua
candi utama (candi Brahma, candi Wishnu, candi Shiwa). Kami juga sempatkan
masuk ke bagian atas candi yang berisi patung masing-masing dewa. Kalau tidak
penuh kami ngaso dulu agak lama sambil mengeringkan keringat di badan. Fyi,
area dalam candi yang ada patung dewa lumayan dingin.
Setelah selesai menjelajah candi,
kami menuju ke pintu keluar. Sebelum benar-benar keluar, kami melihat rombongan
turis (yang kemungkinan berasal dari India) dan pemandu wisata yang hendak
menaiki kereta. Tertarik, akhirnya kami mengikuti rombongan turis itu. Kereta
yang dimaksud adalah kereta mini yang harganya hanya Rp10.000,00 saja. Dengan
harga Rp10.000,00 kita bisa mendapat sebotol air minum, dan petualangan
menjelajah 3 candi (Candi Sewu, Candi Bubrah, dan Candi Lumbung). Sebenarnya
sih tidak benar-benar menjelajah karena kami hanya diberi waktu sekitar 5 menit
untuk foto-foto di depan candinya. Tapi tidak apa-apa toh, si pemandu wisatanya
juga selalu menjelaskan menegnai candi-candi yang kami kunjungi. Sepanjang
perjalanan aku melihat ada taman Rusa, museum, dan ruang audiovisual yang
katanya menyajikan film dokumenter mengenai Candi Prambanan. Karena anaknya
tidak mau rugi, akhirnya kami menjelajah taman Rusa, museum, dan ruang
audiovisual yang baru saja dilewati oleh kereta mini.
Di taman rusa, kita bisa melihat
rusa-rusa yang diternak dan tentunya bisa membeli makanan rusa juga. Kalau di
museum sih sebenarnya lebih ke relief atau patung-patung mini yang ditemukan
dipajang disini. Lalu ada ruang audiovisual yang untuk menonton kita haya
merogoh uang sebesar Rp5.000,00.
Tak terasa waktu sudah menunjukan
pukul 17.00 dan langit sudah lumayan gelap pertanda matahari akan segera
terbenam. Aku dan keluarga akhirnya memutuskan untuk menyudahi wisata candi
kali ini dan mencari makan malam. Karena tidak ada ide, akhirnya kami
memutuskan untuk makan di Malioboro. Menurut google dan beberapa blog kuliner
yang aku baca, sate di Malioboro enak-enak. Satenya biasanya dijual oleh
ibu-ibu atau mbak-mbak dan dibakar dengan pembakaran sederhana. Tidak ada tenda
khusus untuk menjual sate karenabiasanya penjual langsung duduk di trotoar
pinggir jalan. Dalam waktu singkat si penjual langsung diserbu oleh para
wisatawan yang kelaparan. Oh iya, tiak usah repot memilih-milih sate mana yang
paling enak atau yang paling murah karena semua penjual memasang harga yang
sama.
Sebagai penutup hari, mamah
mengajak aku membeli daster-daster murah di Pasar Bringharjo. Sebenarnya
sebagian besar lapak sudah tutup namun dengan the power of emak-emak, mamah
berhasil membeli banyak daster di lapak penjual yang sudah mau tutup (padahal
awalnya udah ditolak).
0 comments